Kejadian
kemarin itu membuat hatiku terbuka, bagaimana cara mendapatkan perhatian lebih
dari seorang penyiar radio yg sekaligus kawan chatingku. Aku selalu dibuat
terpukau dengan suara merdunya, aku selalu terpukau dengan perhatiannya. Tapi
apakah dia juga terpukau dengan semua tentangku , anganku melayang jauh menepis
semua kekurangan yg selalu ada pada tiap diri manusia.
Kuhampiri
pojokan kamar yg telah lama tidak bertegur sapa dengan sapu dan kain pel.
Kulihat dengan seksama beberapa noda yg masih tertinggal dilantai kramik
berwarna putih. Akupun teringat pada kata-kata yg dulu pernah diucapkan oleh
sahabatku. Tak ada lantai yang bersih walau sudah dibersihkan berkali-kali,
kembali kurenungkan kalimat yg menurutku memiliki berbagai makna itu. Sampai
akhirnya aku mencoba mengartikannya, “sampai kapanpun kesalahan yg pernah kita
buat akan ketahuan juga”.
Kembali
pikiranku menerawang jauh kemasa lalu yg selalu menghantui, masa-masa dimana
kebebasan memilih menjadi suatu hal yg sangat langka. Ahh untuk apa mengingat
masa lalu yg kelam itu (kataku dalam hati). Lebih baik melangkah kedepan menuju
kehidupan yg lebih baik lagi. Ceileh bahasaku jadi sok romantis gini, seperti
orang yg lagi kena sindrom galau akut aja.
Lebih
baik mendengarkan mba’ Inda yg lagi siaran disebrang sana, segera aku berlari
mendekati radio jadulku. Pemutar radio yg aku beli 2 tahun lalu, bentuk klasik
segi empat seperti batu bata tapi berwarna hitam pekat. Aku mulai menyalakan
radio kesayangan dan terdengarlah suara lelaki paruh baya yg sedang menyapa
para pendengarnya. Astaga aku lupa kalo sekarang hari selasa, jadwal mba’ Inda
kuliah dan berarti jadwal siarannya diubah.
Aku
kembali turtunduk lemas dipojokan kamar yg selalu menjadi tempat favorit untuk
bergalau ria, bergalau itu tidak selamanya tentang kehidupan asmara saja. Galau
karena tidak bisa mendengar suara seorang penyiar radiopun bisa menjadi sesuatu
galau yg sangat berbahaya.
Aku
bukan jatuh hati kepadanya, aku hanya kagum dengan gaya berbicaranya saat dia
mulai menyapa semua pendengarnya. Ntah jika nanti aku bertemu langsung
dengannya, mungkin hal-hal yg menjadi pemikiran utamaku bisa berubah. Tapi aku akan selalu menjadi pendengar setianya,
walaupun itu akan menekan segala perasaanku yg saat ini selalu bersamanya.
Sesaat kemudian aku tersadar dan langsung beranjak dari tempat favoritku, aku
berlari menuju teras rumah. Disana aku mendapati sahabatku tengah menungguku,
aku lupa kalau sudah berjanji berkeliling kota dengannya.
Lumayanlah
ada pengobat gundah hati, berkeliling kota dengan mengayuh sepeda fixie gear
kesayangan memang obat jenuh paling mujarap. Diperetigaan jalan yg berdekatan
dengan bekas Sekolah Dasarku, aku berpapasan dengan seorang wanita muda yg
menurut penglihatanku mirip dengan avatar akun Y* yg selama ini selalu
menemaniku chating. Saat itu pula aku
yakin jika itu adalah dia, dia menggunakan jilbab warna kuning model pasmina,
baju hem warna kuning terang dan celana panjang kain berwarna orange, (
kombinasi yg sangat pas menurutku )
Tepat
jam 5 sore aku sudah duduk manis disalah satu tempat duduk yg terbuat dari
campuran semen dan pasir , disana aku memandang jauh kearah laut sambil menanti
sunset. Pikiranku melayang jauh menerkam kejadian-kejadian yg sempat sirna
dihapus pahitnya rasa kopi yg dari tadi aku tenggak. Sepeda Fixie Gear yg
sedari tadi berdiri dengan gagahnya disamping tembok pembatas antara
perkampungan nelayan dengan bibir pantai menambah kegundahan hati.
Beberapa
lama aku termenung sambil menenggak kopi yg sudah aku habiskan 2 cangkir ( ini
ngopi apa ngopi ) :lol: , tiba-tiba aku dikagetkan dengan getaran keras yg ada
dikantong belakang baju sepeda yg sedang kugunakan. Ternyata hanya getara dari
HP jadul yg selalu menemaniku selama 8 tahun terakhir, kuambil HP putih yg kata
orang mirip batu bata. Ternyata ada sms yg masuk dar nomer yg tidak kukenal.
SMS
itupun tak kugubris karna hanya ingin mengajak berkenalan, menurut pengalamanku
biasanya hanya kerjaan iseng kawan-kawanku yg selalu mengejek kejombloanku
semata. Yah itu hanya keisengan para
sahabat yg perduli dengan sahabatnya, walau kepedulian mereka terkadang salah
dimataku. Kembali kuingat tatapan mata kami saat bertemu disimpang tiga gereja
yg bersebelahan dengan SDku dulu, akupun tertarik ingin dekat dengannya, bukan
dekat seperti sekarang yg hanya bisa berhubungan lewat Y*.
Akhirnya
sisunset aka matahari yg lagi bunuh diri dibalik gunung muncul juga :lol:,
lumayan mengobati hati yg lagi seneng ( ungkapku ngawur ). HP yg sedari tadi
nganggur dimejapun ku sambit karena ada SMS yg masuk lagi, aku lihat sebentar
dan kubaca perlahan, ternyata dari nomer yg tadi. Gak tau orang lagi sibuk apa,
SMS trus macam orang kepo.
Selesai
magrib aku kembali kerumah mengendarai sepeda fixie pinjaman ( punya adek
makanya bahasanya masih minjam ). Nyampe malah kegerahan, mandi dan langsung
santap malam tanpa ada jeda waktu yg sangat signifikan. Aku hampiri HP yg
tergeletak manja diatas kasur buluk yg selalu menjadi alas tidurku, aku
perhatikan kembali SMS yg beberapa waktu lalu masuk. Ternyata aku mengenali
tata cara penulisan pesannya, aku hafal betul dengan cara penulisan ini, tapi
aku ragu dengan keyakinanku.
Aku
mencoba untuk membalasnya, ternyata setelah beberapa lama balasan dari sebrang
masuk, dia menyuruhku menebak siapa dirinya. Tidak salah lagi ungkapku, ini
pasti dia, tapi darimana dia tau nomer HPku yg hanya ditahu segelintir orang.
Ini pasti ada konspirasi antara penyiar dan penelpon, perlu dituntut ke
Mahkamah Konstitusi neh ( yah malah ngawur lagi )